AI dan Eksistensi Manusia: Peluang atau Ancaman?

“Saya takut dengan AI, tetapi juga terpesona olehnya. Ada harapan untuk pemahaman yang bersifat ketuhanan, untuk akumulasi semua pengetahuan, tetapi pada saat yang sama ada teror yang melekat karena digantikan oleh kecerdasan nonmanusia,” kata Helen Phillips.

Kutipan kata dari Helen Phillips ini cukup menyadarkan bahwa AI bisa memberikan candu kepada manusia yang di mana candu itu bisa menghancurkan dan bisa juga memberikan kemudahan, dan dengan AI manusia akan lebih mudah mendapatkan penjelasan dan pemahaman terkait dengan hal yang bersifat ketuhanan.

Dampak Positif dan Negatif AI

Tidak dipungkiri dampak Artificial Intellegence (AI) untuk kehidupan sangat besar. Bagi yang pro akan membuat pernyataan. Di sini harus kita deklarasikan bahwa AI adalah tools yang membantu manusia, bukan yang merebut kehidupan dari manusia. Saya kira beberapa pendapat yang mengatakan bahwa AI akan merebut kehidupan dari manusia itu suatu pernyataan yang hiperbolis. Memang sebagian pekerjaan sudah mulai tergantikan dengan mesin dan algoritme program, seperti misalnya teller bank dan penjaga pintu tol.

Bahkan baru-baru ini, pembawa berita dan juri tinju juga hasil program AI yang jika dilihat dari fungsinya masih berada dalam tahapan kecerdasan mekanistik monointeligensi, hanya untuk satu tugas tertentu, belum bisa multitasking. Jadi, bisa dibilang masih jauh jika dibandingkan dengan kemampuan manusia. Mungkin mereka terlalu terekspose dengan film Barat tentang robot dan AI, tetapi sebagai sikap yang waspada tidak ada salahnya jika kita mewanti-wantinya.

Bagi yang menaruh syak wasangka akan pengaruh distopia AI, pertanyaan lanjutannya adalah bisakah AI dengan berbagai macam kemampuannya suatu saat punya kehendak bebas seperti yang ada pada manusia sehingga ia memberontak pada tuannya? Gambaran ini juga sudah pernah direpresentasikan dalam film superhero Amerika “ The Avengers” , di mana para jagoannya harus bertarung melawan robot yang disusupi program AI yang mereka buat sendiri. Bencana besar yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, barang yang “mati” kok sekonyong-konyong bisa “hidup”?

Apakah kemungkinan ini akan benar-benar terjadi di masa depan? Kalau benar, betapa mengerikan teknologi AI jika pengembangannya tidak dikontrol. Kalau bom atom merusak dengan energi yang besar, maka AI merusak dengan mengambil berbagai macam peran manusia. Selama ini jika melihat humanoid robot saja kita sudah sangat takjub. Salah satu teknologi mesin ciptaan manusia yang berusaha meniru tingkah laku manusia sendiri. Apalagi kalau suatu saat ia punya kecerdasan inteligensi yang menyamai bahkan melampaui manusia?

AI: Inovasi atau Ancaman?

Bagaimana sikap kita terhadap kemajuan AI? Bagaimana sikap para pemegang kebijakan mengenai hal ini? Terutama pihak-pihak yang beraliansi dalam grup triple helix yaitu pemerintah (BRIN), universitas, dan industri. Ketiga komponen tersebut selain mesti melakukan kegiatan litbang juga harus melakukan rekonsiliasi guna mengawal perkembangan AI supaya tidak menimbulkan efek katastrofe.

Mengembangkan teknologi dan ilmu pengetahuan itu harus terus dipacu dan dipastikan bahwa teknologi itu mempunyai fungsi yang tepat guna diikat dengan aturan yang jelas. Bukankah motif diciptakannya teknologi pada awalnya adalah untuk mempermudah pekerjaan manusia? Akan tetapi, jika di kemudian hari teknologi ternyata malah mengancam eksistensi manusia, bagaimana sikap kita akan adanya?

Profesor Stuart Russel di dalam kuliahnya “How not to destroy the world with AI”, mengungkapkan bahwa teknologi AI memiliki kekuatan dalam mengubah dunia. Menariknya mengubah dunia dapat diartikan seperti dua sisi pada koin, satu sisi dapat meningkatkan kualitas, namun sisi lainnya dapat juga menghancurkan peradaban manusia di dunia.

Manusia saat ini sudah menjadi saksi akan kemajuan luar biasa dari evolusi AI yang masuk di berbagai aspek kehidupan manusia, seperti mobil self-driving dan asisten virtual, tidak lupa dengan adanya ChatGPT yang tentunya tak bisa terpisahkan dari keseharian manusia. Namun, seiring dengan banyaknya keajaiban  yang ditawarkan oleh AI, muncul kekhawatiran yang mungkin berpotensi adanya risiko dan implikasi yang dihadapi oleh manusia. Jadi, dapat dikatakan dengan memasuki era AI, penting bagi kita untuk memperioritaskan perlindungan akan eksistensi umat manusia.

Dalam artikel yang berjudul “The Ethics And Risks of Pursuing Artificial Intelligence” yang ditulis oleh Kerem Gulen (2023), menyoroti pentingnya langkah yang dapat diambil untuk memastikan pengembangan dan penerapan sistem AI yang bertanggung jawab. Meskipun dalam artikel tersebut menyebutkan hanya ethical implications, namun saya mencoba menjabarkan lebih jauh mengenai langkah-langkah yang dapat dikembangkan.

Perhatian utama seputar AI adalah dilema etis yang ditimbulkan. Jika AI telah mampu mengambil sebuah keputusan, maka akan timbul pertanyaan mengenai kerangka moral yang memandu tindakannya. Di sini kita perlu memastikan bahwa AI harus mampu selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga mampu membantu dalam mengurangi kebiasaan di dalam praktik yang nantinya akan muncul di dalam sebuah sistem AI.

Tantangan Sosial-Ekonomi di Era AI

Kemajuan yang sangat pesat mengenai teknologi AI ini tentu akan menimbulkan perubahan pekerjaan yang tadinya dikerjakan oleh manusia sekarang dikerjakan oleh mesin, dan adanya ketimpangan ekonomi. Dikarenakan sistem dari AI mengotomatiskan segala tugas kerjaan yang ada, seperti contoh nyata dengan adanya robot lawyer yang dibahas di dalam artikel Prof. Dr. Ahmad M Ramli (2023) dalam tulisannya yang berjudul “Kontroversi penggunaan Robot Pengacara di Pengadilan 4”.

Tentunya akan ada kekhawatiran jika banyak pekerjaan yang akan menjadi tidak terpakai untuk dilakukan oleh manusia dan munculnya pengangguran yang mana ini menjadi sebuah tantangan sosial ekonomi. Seperti halnya Profesor Russel mengingatkan untuk negara-negara mulai mengatur AI sehingga dapat dikembangkan untuk kepentingan manusia.

Tidak hanya mengatur, tentu negara-negara sudah harus mempersiapkan tenaga kerja dalam menghadapi era AI dengan membuat program pelatihan dan peningkatan keterampilan sehingga nantinya dapat mengurangi dampak negatif yang muncul dari job displacement. Selain itu, pemerintah mulai mengeksplorasi langkah-langkah yang diambil khususnya dalam bidang ekonomi dalam mengatasi potensi ketimpangan ekonomi yang muncul dari AI.

 

Kontributor: M. Hidayat Irawan Saputra

Editor: Khaerul Umam

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *