Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan budaya dan agama yang sangat beragam. Dengan keberagaman tersebut, menjaga harmoni sosial menjadi tantangan yang tidak ringan, terutama di tengah masyarakat yang majemuk. Salah satu komunitas adat di Indonesia yang bisa dijadikan contoh dalam praktik moderasi beragama adalah Suku Baduy. Komunitas ini hidup di kawasan Pegunungan Kendeng, Banten, dan terkenal dengan kearifan lokalnya yang menjaga keseimbangan antara manusia, alam, serta masyarakat sekitar. Meskipun mereka menganut kepercayaan tradisional, Suku Baduy mencerminkan nilai-nilai moderasi beragama yang dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas dalam menjaga kerukunan dan keharmonisan sosial di tengah keragaman agama.
Kehidupan Suku Baduy diatur oleh seperangkat aturan adat yang disebut “pikukuh,” yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pikukuh ini mengatur bagaimana Suku Baduy menjaga harmoni antara manusia, alam, dan sesamanya. Secara umum, Suku Baduy terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Dalam lebih ketat dalam menjalankan aturan adat, sedangkan Baduy Luar lebih terbuka terhadap pengaruh dari luar. Meski berbeda dalam penerapan adat, kedua kelompok ini tetap memegang prinsip yang sama dalam menjaga kesederhanaan dan keseimbangan hidup. Dari sini, kita bisa melihat bagaimana moderasi beragama terwujud dalam cara mereka menjalani kehidupan sehari-hari.
Salah satu nilai moderasi beragama yang tercermin dalam kehidupan Suku Baduy adalah kesederhanaan dan keseimbangan hidup. Suku Baduy menjalankan kehidupan yang sangat sederhana, menjaga jarak dari modernisasi yang mereka anggap dapat merusak alam dan adat istiadat mereka. Mereka menolak penggunaan teknologi modern, termasuk kendaraan bermotor, dan memilih untuk berjalan kaki sebagai bentuk penghormatan terhadap alam. Dalam konteks moderasi beragama, kesederhanaan hidup ini menjadi penting karena menunjukkan bahwa hidup dengan cara yang tidak berlebihan dapat mencegah kecenderungan ekstremisme dalam beragama. Kesederhanaan membantu Suku Baduy fokus pada nilai-nilai esensial, baik dalam agama maupun kehidupan sosial.
Selain kesederhanaan, nilai penting lainnya yang tercermin dari kehidupan Suku Baduy adalah sikap toleransi terhadap perbedaan. Meskipun mereka sangat menjaga adat dan tradisi, Suku Baduy tidak menutup diri dari orang luar yang datang dengan kepercayaan yang berbeda. Wisatawan dan pengunjung dari luar diizinkan untuk memasuki wilayah mereka, asalkan mereka bersedia menghormati aturan adat yang berlaku. Suku Baduy tidak pernah memaksakan kepercayaan mereka kepada pengunjung dan tetap terbuka terhadap kehadiran orang lain yang berbeda pandangan. Ini merupakan salah satu manifestasi dari moderasi beragama, di mana perbedaan keyakinan dihormati dan tidak dijadikan sumber perpecahan. Suku Baduy mengajarkan bahwa dalam masyarakat yang beragam, toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan adalah kunci untuk menjaga perdamaian dan keharmonisan sosial.
Sikap anti-kekerasan yang dimiliki oleh Suku Baduy juga menunjukkan nilai-nilai moderasi beragama yang kuat. Dalam kehidupan mereka, segala bentuk konflik diselesaikan secara musyawarah, tanpa menggunakan kekerasan. Mereka menjunjung tinggi perdamaian dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di antara mereka atau dengan pihak luar. Bahkan dalam menghadapi tekanan dari dunia luar yang terkadang menginginkan mereka berubah atau menerima modernisasi, Suku Baduy tetap mempertahankan sikap damai tanpa melakukan kekerasan. Prinsip ini selaras dengan salah satu indikator moderasi beragama, yaitu menolak segala bentuk kekerasan atas nama agama atau adat.
Selain itu, Suku Baduy juga mengajarkan tentang pentingnya menghargai budaya lokal dalam menjalankan keyakinan. Kepercayaan Sunda Wiwitan yang mereka anut adalah bagian dari identitas budaya yang sangat kental dengan adat setempat. Meskipun demikian, mereka tidak bersikap eksklusif terhadap budaya luar. Sebaliknya, mereka mampu berinteraksi dengan dunia luar tanpa kehilangan identitas asli mereka. Ini menunjukkan bahwa moderasi beragama tidak berarti menolak budaya luar, melainkan bagaimana agama dan budaya dapat berjalan beriringan dalam harmoni. Dalam hal ini, Suku Baduy mampu menjadi contoh bagaimana sebuah komunitas adat dapat tetap menjaga identitas dan kearifan lokal mereka, sekaligus terbuka terhadap keberagaman budaya di sekitarnya (Tualeka, 2023).
Komitmen terhadap persatuan bangsa juga terlihat dari cara Suku Baduy berinteraksi dengan masyarakat Indonesia yang lebih luas. Meskipun mereka hidup dalam komunitas yang terisolasi, mereka tetap menghormati hukum dan sistem pemerintahan Indonesia. Dalam berbagai kesempatan, Suku Baduy menunjukkan sikap hormat terhadap negara, bahkan ketika mereka berbeda dalam hal budaya dan kepercayaan. Hal ini menunjukkan adanya komitmen kuat untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia yang pluralis, di mana keragaman diakui dan dijaga dengan baik. Komitmen kebangsaan ini adalah salah satu aspek penting dalam moderasi beragama, di mana keyakinan dan budaya tidak menjadi penghalang untuk bersatu sebagai bangsa yang kuat dan harmonis.
Nilai-nilai moderasi beragama sangat tercermin dalam kearifan lokal Suku Baduy. Kesederhanaan, toleransi, anti-kekerasan, penghargaan terhadap budaya lokal, dan komitmen kebangsaan adalah beberapa prinsip moderasi yang mereka jalankan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun Suku Baduy menjalani kehidupan yang berbeda dari kebanyakan masyarakat modern, nilai-nilai yang mereka anut sejalan dengan prinsip moderasi beragama yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, damai, dan menghargai perbedaan. Kearifan lokal mereka menjadi contoh nyata bagaimana moderasi beragama dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan tradisional maupun dalam masyarakat yang lebih luas.
Kontrtibutor: Zulfa Aliya
Editor: Khaerul Umam
Akun Resmi HPMI Yordania, dikelola oleh Kementerian Komunikasi & Informasi