Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas. Sikap ini mendorong mereka untuk selalu ingin menemukan sesuatu yang baru dan selanjutnya membawa perkembangan pesat dalam berbagai aspek kehidupan seperti teknologi, seni, budaya, politik, dan ekonomi. Dan tidak menutup kemungkinan di masa mendatang akan ditemukan hal-hal baru lainnya untuk memenuhi kepuasan manusia berikutnya.
Kemajuan Teknologi dan Media Sosial
Saat ini, dunia telah mengalami kemajuan dan inovasi di berbagai bidang yang berdampak besar pada cara hidup manusia, salah satunya dalam bidang teknologi yang dapat kita rasakan jelas perubahannya. Di masa sekarang, komunikasi menjadi lebih praktis dan cepat antarindividu atau kelompok. Melalui media sosial, kita dapat berkomunikasi dengan orang lain di seluruh dunia tanpa batas waktu atau pun jarak. Masa peralihan sikap tradisional masyarakat menuju keadaan yang lebih maju atau terbaru kemudian dinamakan sebagai masa modern.
Dalam perkembangannya, kini media sosial tidak lagi sebatas media komunikasi, namun telah berkembang menjadi media informasi, interaksi, bahkan promosi dan bisnis online. Tentunya, ini memberikan banyak manfaat dan membuat segalanya lebih mudah bagi kita. Namun, penting untuk diingat bahwa kemajuan, meskipun memberikan banyak keuntungan, juga menyimpan beberapa tantangan dan dampak negatif.
Dan faktanya, media sosial justru dapat memicu krisis eksistensi, yaitu rasa cemas berlebihan dalam diri seseorang, tidak percaya diri, depresi, dan menilai diri sendiri secara negatif. Mereka kemudian merasa tidak nyaman tentang makna, pilihan, dan kebebasan dalam hidup. Orang yang mengalaminya kerap kali mempertanyakan tujuan hidupnya di dunia. Lalu, konflik dalam diri akan timbul karena ia gagal memperoleh jawaban yang memuaskan.
Krisis Eksistensi Akibat Media Sosial
Sebuah penelitian dari BMC Public Health mengungkapkan bahwa anak-anak yang berusia sekitar 10 tahun dan aktif di internet dapat berdampak negatif hingga mereka dewasa nanti. Hal tersebut dikarenakan sedari kecil mereka sudah terpapar dengan standar kesuksesan atau kecantikan yang begitu tinggi di media sosial. Akibatnya, ketika anak-anak tersebut tumbuh dewasa, mereka merasa tidak pernah puas dengan hasil yang didapat. Hal tersebut dapat berujung pada depresi.
Di zaman yang serba digital ini, kamu perlu argumentasi-argumentasi menarik yang harus disiapkan ketika seseorang bertanya mengapa kamu tidak memiliki semua media sosial yang saat ini sedang populer. Jika tidak, kamu akan dianggap kurang pergaulan atau ketinggalan zaman. Hal ini dapat memunculkan perilaku FOMO (Fear of Missing Out), yaitu pola perilaku anak muda yang selalu merasa khawatir berlebihan dan merasakan ketakutan akan tertinggal tren yang sedang berjalan. Rasa ketertinggalan juga bisa disebabkan karena seseorang melihat apa yang dilakukan oleh teman-teman atau selebritas panutan mereka.
Mereka merasa perlu untuk bersaing dengan orang lain dalam mencapai prestasi, pengalaman, atau gaya hidup tertentu. Ditambah lagi, kemajuan teknologi memungkinkan kita untuk selalu terhubung dengan berita, tren, dan peristiwa terbaru yang dapat membuat perasaan FOMO semakin intens.
Detoks Media Sosial Sebagai Solusi
Detoks media sosial kemudian muncul sebagai salah satu opsi yang bisa dilakukan dalam menghadapi krisis eksistensi yang semakin menjadi. Dalam era di mana kita sering terjebak dalam ketergantungan terhadap media sosial, detoks memberikan solusi untuk menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan kesejahteraan manusia. Detoks media sosial bisa dianggap sebagai langkah menuju koneksi sehat, terutama dengan diri sendiri.
Dengan memberi jeda kepada diri sendiri dalam menggunakan media sosial, seseorang mempunyai waktu untuk merefleksi dan memahami diri sendiri tanpa pengaruh luar. Selain itu, detoks juga mendorong penggunanya untuk berinteraksi lebih dalam dengan orang-orang di sekitarnya sehingga terwujud koneksi nyata antarmasyarakat.
Banyak orang merasa perlu menunjukkan versi terbaik dari diri mereka di media sosial. Mereka juga mencari pengakuan melalui like dan comment yang bisa memengaruhi bagaimana orang-orang melihat nilai diri mereka. Akibatnya, mereka terlalu fokus pada citra online dan mengaburkan identitas asli mereka sendiri. Hal ini dapat memunculkan stres dan tekanan dalam diri. Bahkan dalam beberapa kasus, bisa menyebabkan seseorang mencari pelarian melalui alkohol, obat-obatan, atau perilaku berisiko lainnya.
Kontributor: Ashfa Nafilatir Rohmaniyah
Editor: Khaerul Umam
Akun Resmi HPMI Yordania, dikelola oleh Kementerian Komunikasi & Informasi