FOMO Sebagai Kemampuan Adaptasi di Era Digital

Generasi Masa kini tidak mungkin hidupnya lepas dari teknologi, sebab sosial media sudah menjadi makanan mereka sehari hari. Semakin hari penyebaran informasi semakin cepat, dari yang dulu 3G saat tahun 2000an sekarang bahkan belum genap 20 tahun sudah ada 5G. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, selalu banyak perubahan terjadi dalam waktu dekat. Mulai dari cara berpakaian hingga cara berkomunikasi, karena seluruh penjuru dunia saling terhubung saat ini, menciptakan banyak fenomena sosial baru yang begitu kompleks, contohnya seperti FOMO.

Di era digital yang terus berkembang, fenomena FOMO (Fear of Missing Out) menjadi semakin umum. Istilah ini merujuk pada kecemasan yang dirasakan seseorang ketika merasa tertinggal atau kehilangan pengalaman berharga yang dialami orang lain. Munculnya FOMO bukan hanya disebabkan oleh perkembangan teknologi, tetapi juga oleh dinamika sosial dan psikologis yang kompleks.

Salah satu penyebab utama munculnya FOMO adalah kemajuan teknologi, khususnya media sosial. Pengguna sering kali melihat posting-an tentang perjalanan, acara, atau pencapaian teman-teman mereka. Ini menciptakan perbandingan sosial yang konstan dan membuat individu merasa bahwa mereka harus selalu terlibat dalam semua yang sedang terjadi. Ketika melihat orang lain menikmati pengalaman yang tampaknya lebih baik, muncul rasa cemas bahwa mereka mungkin melewatkan sesuatu yang penting.

Selain itu FOMO juga dapat dipicu oleh budaya konsumerisme yang kental di masyarakat modern. Banyak produk dan layanan yang dipasarkan dengan klaim bahwa mereka dapat memberikan pengalaman unik atau meningkatkan kualitas hidup. Ketika banyak orang berbondong-bondong mengikuti tren tertentu, individu lain merasa didorong untuk ikut serta agar tidak ketinggalan.

FOMO sering di konotasikan sebagai suatu fenomena yang negatif Karena sejumlah alasan yang berkaitan dengan dampak psikologis dan sosialnya. Dalam artikel “Motivational, emotional, and behavioral correlates of fear of missing out” yang tayang di Jurnal Computers in Human Behavior pada 2013 menunjukkan bahwa orang yang merasakan FOMO diketahui memiliki tingkat kepuasan hidup yang rendah karena terus membandingkan diri secara negatif dengan orang lain.

Sebutan “FOMO” di era sekarang ini semakin Masyhur di ucapkan, Meskipun sering dianggap negatif, FOMO juga bisa menjadi pendorong untuk mengejar perkembangan zaman. Dalam masyarakat modern, FOMO dapat dipandang sebagai mekanisme adaptif yang membantu individu menavigasi kompleksitas kehidupan sosial dan lingkungan mereka, Karena manusia adalah makhluk sosial yang bergantung pada kelompok untuk bertahan hidup.

Di masa prasejarah, individu yang tidak terlibat dalam aktivitas kelompok berisiko kehilangan akses terhadap sumber daya, perlindungan, dan dukungan sosial. FOMO, dalam hal ini, berfungsi sebagai sinyal bahwa seseorang mungkin kehilangan kesempatan untuk terhubung dengan orang lain atau mengambil bagian dalam kegiatan yang penting bagi kelangsungan hidup.

FOMO sering kali mendorong individu untuk tetap terhubung dengan perkembangan terbaru dalam berbagai bidang. Rasa takut tertinggal dapat memicu seseorang untuk terus belajar, baik melalui kursus online, seminar, atau membaca artikel terbaru. Dengan demikian, FOMO dapat menjadi motivasi untuk memperbarui keterampilan dan pengetahuan.

Ketika seseorang merasa tertekan untuk tidak ketinggalan tren, hal ini dapat memicu dorongan untuk berinovasi. Dalam dunia bisnis, FOMO mendorong perusahaan untuk menciptakan produk dan layanan yang lebih menarik. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu berubah, sehingga menciptakan lingkungan yang dinamis dan kreatif.

Selain itu, FOMO juga sering kali mendorong orang untuk terlibat dalam komunitas dan jaringan sosial. Rasa ingin tahu tentang apa yang dilakukan orang lain dapat mendorong individu untuk menghadiri acara, bergabung dengan grup diskusi, atau berpartisipasi dalam proyek kolaboratif. Ini tidak hanya memperluas jaringan, tetapi juga membuka peluang baru yang mungkin tidak akan muncul jika tidak terpengaruh oleh FOMO.

Lewat fenomena FOMO, kesadaran sosial jadi lebih mudah diciptakan, Melalui media sosial, individu sering kali terpapar pada kampanye yang menginspirasi tindakan. Contohnya saat menyuarakan isu sosial terhadap penyerangan Palestina, atau isu isu lingkungan, yang mungkin kalau bukan karena FOMO banyak dari kita yang tidak mengetahui betapa besarnya kerusakan lingkungan yang telah terjadi. Karena pada dasarnya Ketika seseorang merasa khawatir kehilangan kesempatan untuk berkontribusi pada perubahan positif, mereka cenderung lebih aktif dalam mendukung gerakan sosial.  Maka dari itu FOMO sebenarnya berperan peting terhadap perbaikan kualitas hidup seseorang.

Memahami bahwa FOMO ialah fenomena penting yang harus dimiliki oleh generasi masa kini, karena ia memiliki urgensi yang mendalam dalam konteks bertahan hidup. Ia berfungsi sebagai mekanisme adaptif yang mendorong individu untuk terhubung, mendapatkan informasi, dan mengejar peluang. Maka dari itu, Dengan memahami FOMO dalam kerangka ini, kita dapat belajar untuk memanfaatkan perasaan tersebut sebagai alat untuk memperkaya kehidupan kita, bukan hanya sebagai sumber kecemasan.

Dalam mengejar perkembangan zaman, penting untuk mengelola FOMO dengan bijak, agar tetap fokus pada tujuan pribadi dan profesional kita. Dengan demikian, FOMO bukan hanya sekadar ketakutan akan kehilangan, tetapi juga bisa menjadi pendorong untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar.

 

Kontributor Jihan Amalia Rosa

Editor: Khaerul Umam

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *