Usaha dan susah payah dalam mendapatkan serta menuntut ilmu adalah harga mati yang harus dibayarkan seseorang untuk mendapatkannya.
Namun banyak kita temukan beberapa fenomena masa kini yang masih bermalas-malasan dalam belajar dan hanya ingin memilih jalur instan untuk menjadi ‘alim.
Hal ini merupakan suatu kesenjangan di zaman ini, mengingat kemudahan sudah berkembang pesat yang seharusnya dengan hal tersebut mereka bisa lebih gigih dalam mencari mutiara-mutiara hikmah yang tersebar di mana-mana.
Adapun tradisi menuntut ilmu telah dimulai sejak Nabi Adam ‘alaihissalām. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam hadis Nabi Muhammad saw. oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih-nya, ketika Allah telah menciptakan Nabi Adam lalu ia berkata kepadanya:
اذهب فسلم على أولئك النفر, وهم نفر من الملائكة جلوس, فاستمع ما يحيونك, فإنها تحيتك وتحية ذريتك, فقال : السلام عليكم, فقالوا : السلام عليكم ورحمة الله, فزادوه ورحمة الله
“Pergilah engkau dan ucapkanlah salam ke perkumpulan mereka (yakni perkumpulan malaikat), lalu dengarkanlah apa yang akan mereka jawab padamu, lalu beliau mengucapkan, “السلام عليكم,” maka para malaikat tadi menjawab: “السلام عليكم ورحمة الله,” dan mereka menambahkan kalimat “ورحمة الله“.
Para ulama hadis menjelaskan bahwa tindakan Nabi Adam atas perintah Allah menunjukkan pentingnya berusaha dalam mencari dan menuntut ilmu.
Begitu pula Nabi Musa ‘alaihissalām, yang berusaha dan melalui proses panjang dalam menuntut ilmu pengetahuan. Hal ini termaktub secara jelas dalam Al-Qur’an mengenai kisah beliau bersama Khidr ‘alaihissalām, di mana beliau diperintahkan untuk bersabar sepanjang proses tersebut dan tidak menanyakan alasan di balik tindakan Khidr.
Traidisi menuntut ilmu ini lalu diteruskan oleh para sahabat dan generasi salaf lainnya, yang mana mereka juga melalui proses panjang dan bersusah payah terlebih dahulu sebelum menjadi ‘alim di bidang mereka masing-masing.
Sebagaimana akan kami paparkan beberapa kisah para sahabat dan ulama dari kalangan salaf mengenai usaha mereka dalam mendapatkkan ilmu, harapannya hal ini dapat menjadi booster semangat kita sebagai mahasiswa dan pelajar pada umumnya dalam menuntut ilmu:
Umar bin Khattab r.a.
Sebagaimana tercatat dalam Shahih Bukhari di dalam kitab Al-‘Ilm dijelaskan bahwa Umar bin Khattab r.a. berkata:
“Saya dan tetanggaku dari kalangan Anshar (Aus bin Khawaliy Al-Anshari), bahwasanya kami saling bergantian untuk mendatangi Rasulullah saw. sehari kesempatan dia dan sehari lagi unntukku, jikalau datang kesempatanku maka aku akan sampaikan kepadanya kabar apa yang aku dapatkan dari Rasulullah saw. di hari itu, dan jikalau datang kesempatannya dia juga akan melakukan hal yang sama untukku.”
Jabir bin Abdullah
Dikisahkan di dalam Shahih Bukhari bahwa beliau pernah melakukan perjalanan selama satu bulan hanya untuk mendengar dan mendapatkan satu hadits saja.
Ketika itu sampai kabar kepadanya bahwa salah seorang sahabat nabi pernah mendengar satu hadits dari nabi, maka ia langsung bergegas membeli tunggangan untuk ia pergi, lalu ia melangsungkan perjalanannya ke negeri Syam selama satu bulan.
Sesampainya di sana, tepatnya di rumah Abdullah bin Unais, beliau langsung meminta penjaga rumahnya untuk memanggilkan Abdullah bin Unais.
Setelah Abdullah bin Unais Keluar, ia langsung memeluk Jabir bin Abdullah, lalu ia sampaikan tujuan dan maksudnya untuk menemui Abdullah bin Unais dan beliau berkata:
“Telah sampai kabar kepadaku bahwasnya engkau pernah mendengar hadits dari Rasulullah saw. dan aku khawatir akan wafatnya aku atau wafatnya dirimu sebelum aku mendengarnya.” lalu beliau berkata:
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : يحشر الله الناس يوم القيامة عراة, غرلا, بهما, قلنا : ما بهما؟ قال : ليس معه شيء
Sa’id bin Musayyab
Ibnu Katsir di dalam kitabnya Al-Bidayah Wan Nihayah menyebutkan mengenai biografi Sa’id Bin Musayyab:
“Malik berkata, sebagaimana yang diriwayatkan dari Yahya bin Sa’id, dari Sa’id bin Musayyab, beliau berkata bahwasanya saya berjalan berhari-hari dan malamnya untuk mendapatakan satu hadits saja.”
‘Amir bin Syarahil
Dikisahkan bahwasanya beliau mulai safar dari Kuffah ke Makkah dan hanya mendapatkan tiga hadits saja, dan beliau berkata: “Aku berharap menemui seseorang yang pernah menjumpai nabi atau orang yang tergolong sahabat nabi.”
Baqi bin Makhlad
Dikisahkan bahwasanya beliau melakasanakan 2 kali perjalanan dalam mencari hadits, perjalanan pertama beliau laksanakan ke Syam dan ke Mesir selama 14 tahun, dan perjalanan kedua ke Hijaz dan Baghdad selama 20 tahun.
Diceritakan juga bahwasanya seluruh perjalanan beliau ditempuh dengan berjalan kaki dari Andalusia (Spanyol saat ini) sebagaimana yang telah beliau jelaskan sendiri:
كل من رحلت إليه فماشيا على قدمي, وكل من سمعت منه من البلدان فماشيا على قدمي
Sejatinya, masih banyak lagi kisah-kisah para ulama terdahulu yang mengorbankan harta, tenaga, dan waktu mereka dalam menutut ilmu, terutama dalam mengumpulkan hadits-hadits Nabi Muhammad saw.
Kita bisa mengambil pelajaran mengenai kegigihan mereka dalam mencari dan mengumpulkan ilmu pengetahuan di tengah keterbatasan trasnsportasi pada masa itu, sehingga ada yang harus puas dengan mendapatkan 1 atau 3 hadits saja, dengan total perjalanan yang memakan waktu hingga berbulan-bulan lamanya.
Seharusnya, kisah-kisah di atas cukup untuk membuat kita merenung. Sudah sejauh mana kita memanfaatkan kemudahan di zaman sekarang? Apakah kita telah menggunakan semua kemudahan tersebut secara maksimal?
Dan hal terakhir yang perlu kita ingat, bahwa ilmu itu tidak akan kita dapatkan sebelum kita korbankan diri kita untuknya.
العلم لا يعطيك بعضه حتى تعطيك كلك
“Ilmu itu tidak akan memberikanmu separuh darinya, sampai kamu korbankan seluruh yang ada di dalam dirimu.”
Kontributor: Hammad Albari
Editor: Faras Azryllah

Akun Resmi HPMI Yordania, dikelola oleh Kementerian Komunikasi & Informasi